

Media Global Indonesia News – Jakarta, World Happiness Report kembali menyampaikan daftar negara paling bahagia di dunia. Di tahun 2025 ini, Finlandia kembali menempati urutan pertama sebagai negara paling terbahagia di dunia selama delapan tahun berturut-turut. Menurut ahli, akses ke alam dan sistem kesejahteraan yang kuat menjadi faktor Finlandia berhasil menjadi negara paling bahagia di dunia 2025.
Studi yang dipublikasikan oleh Pusat Penelitian Kesejahteraan Universitas Oxford ini meminta orang untuk menilai kehidupan mereka sendiri pada skala 0-10, di mana skor nol adalah kehidupan terburuk dan 10 adalah kehidupan terbaik.
Pemeringkatan negara didasarkan pada rata-rata tiga tahun dari skor tersebut. Berikut ini 20 negara paling bahagia di dunia 2025 versi World Happiness Report:
1. Finlandia
2. Denmark
3. Islandia
4. Swedia
5. Belanda
6. Kosta Rika
7. Norwegia
8. Israel
9. Luksemburg
10. Meksiko
11. Australia
12. Selandia Baru
13. Swiss
14. Belgia
15. Irlandia
16. Lituania
17. Austria
18. Kanada
19. Slovenia
20. Republik Ceko
Lantas, Indonesia ada di peringkat berapa?
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, bisa dilihat bahwa tidak ada negara Asia yang berhasil masuk ke dalam daftar 20 negara paling bahagia di dunia 2025. Rupanya, Indonesia berada di peringkat ke-83 dari 147 negara dengan skor 5.617. Tahun sebelumnya, Indonesia berada di peringkat ke-80.
Jika dibandingkan dengan negara tetangga, Indonesia berada di peringkat yang cukup jauh, Beauties. Singapura, misalnya, berada di peringkat ke-34. Lalu ada Vietnam di peringkat ke-46, Thailand di peringkat ke-49, Filipina di peringkat ke-57, dan Malaysia di peringkat ke-64.
Ada enam variabel yang kunci dalam penilaian. Di antaranya adalah PDB per kapita, dukungan sosial, harapan hidup sehat, kebebasan, kemurahan hati, dan persepsi korupsi.
Hal Menarik dari World Happiness Report 2025
Ada beberapa menarik yang menjadi perhatian dari laporan World Happiness Report 2025. Tahun ini, laporan ini berfokus pada dampak kepedulian dan berbagi terhadap kebahagiaan orang-orang.
Dalam Jajak Pendapat Gallup World, orang-orang ditanya apakah dalam sebulan terakhir, mereka menyumbangkan uang untuk amal, apakah mereka menjadi relawan, dan apakah mereka membantu orang asing. Mereka juga ditanya, pada 2019, apakah mereka berpikir orang lain akan membantu mereka dengan mengembalikan dompet mereka yang hilang.
Hasilnya, pertama, orang-orang rupanya terlalu pesimis tentang kebaikan hati orang lain. Misalnya, ketika dompet dijatuhkan di jalan oleh para peneliti, proporsi dompet yang dikembalikan jauh lebih tinggi dari yang diharapkan orang.
Kedua, kebahagiaan atau kesejahteraan kita tidak hanya bergantung pada seberapa baik orang lain sebenarnya bersikap kepada kita, tetapi juga pada bagaimana kita mempersepsikan niat baik mereka. Kita cenderung meremehkan seberapa baik orang lain sebenarnya, jadi kita bisa merasa lebih baik jika kita tahu seberapa baik mereka sebenarnya.
Ketiga, ketika masyarakat lebih baik hati, orang-orang yang paling diuntungkan adalah mereka yang paling tidak bahagia. Akibatnya, kebahagiaan didistribusikan secara lebih merata di negara-negara dengan tingkat kebaikan hati yang diharapkan lebih tinggi.
Selain itu, laporan ini juga menunjukkan bahwa tren peningkatan rasa kesepian paling terlihat di kalangan anak muda. Pada 2023, 19 persen orang dewasa muda di seluruh dunia melaporkan tidak memiliki siapa pun yang dapat mereka andalkan untuk mendapatkan dukungan sosial, meningkat 39 persen dibandingkan 2006.
“Namun, seperti yang telah kami katakan, mereka sering meremehkan kebaikan hati orang lain. Setelah intervensi yang ampuh, mahasiswa di Universitas Stanford menjadi jauh lebih bahagia saat diberi bukti kebaikan hati teman sebaya mereka,” ujar laporan ini.
(R/MGIN)
