

Media Global Indonesia News.com – Medan, Fenomena perjudian di Helvetia, Kabupaten Deli Serdang Lokasi yang dijuluki “Las Vegasnya Pasar VII”, ini seolah berdiri tegak dan mengangkangi Aparat Penegak Hukum disana.
Diketahui Lokasi tersebut yang beralamat di Lapangan Bola Dusun IX, Desa Manunggal, Kecamatan Labuhan Deli – area tanah garapan ini selalu ramai, dari pagi, siang hingga malam.
Pengunjung , bukan hanya warga sekitar, tapi juga masyarakat luar Helvetia, Medan, dan sekitarnya. Dengan omzet ratusan juta, aparat terkesan telah tutup mata, pada Senin, (4/8/25).
Lapak judi yang seakan kebal dari sentuhan hukum ini diduga meraup omzet ratusan juta setiap hari dari para penggemarnya. Ironisnya, wilayah ini berada di bawah pengawasan Polres Pelabuhan Belawan dan Polsek Medan Labuhan. Namun, mengapa aktivitas haram ini tetap berjalan mulus? Siapa dalang di baliknya? Nama-nama beken muncul: Aqhwan, Aseng Kayu, Apin BK, dimana ketiga sosok yang disebut-sebut tersebut sebagai penguasa mafia judi di kawasan itu.
Dijaga Ormas, Ada Portal Layaknya Markas Militer
Saat awak media yang bertugas mengkonfirmasi dengan instansi setempat kadus dan kadesnya mengatakan, “Kami sudah menyurati pak, namun mereka masih saja tetap buka, bahkan sudah kami tembuskan ke Camat, Polsek dan Polres”, ungkap Kades yang biasa dipanggil pak Muklisin itu .
“Namun sampai sekarang tidak ada tindakan nya mungkin yang punya bapak tau la, Mafia itu pak, dari pada nyawa kita yang melayang ya biar kan aja la pak”, katanya saat diwawancarai di kantornya.
Pantauan yang lebih akurat di lapangan langsung menunjukkan pengamanan super ketat. Dari portal pertama hingga kedua, ormas berjaga setiap hari secara bergiliran.
Anehnya, setiap kendaraan yang melintas diawasi ketat, kamera ponsel pengendara ditutup dengan lakban oleh petugas lapangan. Apakah ini bentuk intimidasi agar aktivitas ilegal agar tetap aman?
Bekingan oknum, mobil mewah berlalu lalang
lebih mencengangkan lagi, dugaan keterlibatan oknum wartawan ‘SS’, ‘RS’ dan ‘Marwan’ nama ini kerap kali diduga adalah orang kepercayaan dari para mafia, aparat, bahkan Oknum TNI yang disebutkan.
Mobil-mobil mewah tampak keluar-masuk mulai pukul 10.00 Wib pagi hingga lewat tengah malam. Siapa saja mereka dan darimana saja? Mengapa mereka bebas berlalu-lalang tanpa takut di razia? Berarti lokasi tersebut sangatlah aman dari para petugas APH.
Tiga Tahun Beroperasi, Tutup – Buka Sesuka Hati
Seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengaku, “Sudah hampir tiga tahun tempat itu beroperasi, pak, pernah tutup setahun, tapi buka lagi. Begitu terus, buka-tutup-buka-tutup.” terangnya.
Lebih lanjut ia menambahkan, “Kadang ada juga orang berbadan kekar, rambut cepak, datang sebentar lalu keluar lagi. Kami tidak tahu apa urusannya.”
Seruan untuk Kapolri: Tindak Tegas atau Rakyat Hilang Kepercayaan!
Kini, sorotan publik tertuju kepada Kapolri, Kapolda, dan Kapolres Pelabuhan Belawan. Sampai kapan lokasi yang diduga, “markas judi legendaris”, ini dibiarkan beroperasi?, Polda Sumut sudah berulang kali menyerukan pemberantasan maksiat, perjudian, dan narkoba. Namun fakta dilapangan justru mencederai semangat itu.
“Apakah hukum hanya tajam ke bawah tapi tumpul ke atas?”.
Rakyat menunggu jawaban, bukan alasan.
Demikianlah harapan tim awak media yang bertugas agar dapat menjadi perhatian khusus bagi para pejabat tinggi TNI dan Polri untuk menegakkan supremasi hukum terkait perjudian yang sudah sangat meresahkan masyarakat luas.
(MGIN/ Yopie S)
