

Media Global Indonesia News.com – Samosir, Upaya Polres Samosir membangun komunikasi dengan insan pers melalui kegiatan Coffee Morning dinilai belum sejalan dengan realitas penegakan hukum di lapangan, Minggu (24/8/25).
Acara yang digelar Kapolres Samosir AKBP Rina Frillya, S.I.K bersama puluhan jurnalis di Topi Tao Coffee Shop, Desa Pardomuan I, Kecamatan Pangururan, Sabtu (23/8/25), mengangkat tema besar: “Sinergitas Polri dengan Jurnalis Demi Mewujudkan Harkamtibmas Kabupaten Samosir untuk Pembangunan yang Unggul, Inklusif, dan Berkelanjutan Menuju Indonesia Maju.”
Hadir pula Wakapolres Kompol Briston AM Napitupulu, S.T., S.I.K, jajaran pejabat utama Polres, serta perwakilan media cetak, online, dan televisi.
Dalam sambutannya, Kapolres menegaskan pentingnya sinergi Polri dan jurnalis sebagai jembatan informasi publik.
“Komunikasi yang baik adalah kunci, jika ada informasi tindak pidana atau hal mencurigakan, silakan koordinasi dengan Kasat Reskrim atau langsung hubungi 110,” ujar AKBP Rina Frillya.
Namun, pesan positif itu justru dipertanyakan publik, mengingat sejumlah kasus menumpuk tanpa kepastian hukum.
Kasus Menggantung: Janji Transparansi Dipertaruhkan
Di balik seruan sinergitas, masyarakat menyoroti beberapa kasus yang hingga kini dinilai jalan di tempat:
Kasus galian C ilegal di Kecamatan Simanindo yang sempat ramai diberitakan.
Dugaan pencemaran nama baik oleh seorang pemuda berinisial Siadari melalui media sosial.
Penemuan mayat di Desa Aek Nauli, Kecamatan Pangururan.
Laporan dr. Bilmar Sidabutar terkait dugaan fitnah dan pencemaran nama baik yang belum mendapat kepastian hukum.
Mandeknya penanganan kasus tersebut memunculkan pertanyaan besar: apakah Polres Samosir benar-benar serius menindaklanjuti laporan masyarakat, atau hanya terjebak dalam retorika?
Keterbukaan Informasi Masih Jadi PR
Kritik lain datang dari kalangan jurnalis yang menilai akses informasi di tubuh Polres Samosir masih tertutup.
Kasat Reskrim yang seharusnya menjadi ujung tombak komunikasi dianggap sulit dihubungi dan enggan memberi penjelasan perkembangan kasus.
Situasi ini bertolak belakang dengan semangat keterbukaan yang disampaikan Kapolres. Alhasil, kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian di Samosir kian dipertaruhkan.
Publik Menunggu Bukti, Bukan Seremoni
Meski Coffee Morning menjadi ajang silaturahmi yang cair antara polisi dan jurnalis, publik berharap kegiatan tersebut tidak hanya berhenti pada seremonial belaka.
Tanpa langkah nyata dalam penegakan hukum dan konsistensi keterbukaan informasi, jargon sinergitas berpotensi hanya menjadi slogan tanpa makna.
Kini, masyarakat Samosir menunggu jawaban: apakah Polres akan membuktikan diri sebagai institusi penegak hukum yang profesional dan transparan, atau sekadar sibuk membangun citra di balik meja kopi?
(MGIN/ Yopie S/ Melkior Nainggolan)
