

Media Global Indonesia News – Jakarta, Sudah saatnya untuk mempersiapkan mental siap untuk memimpin, meski memimpin itu sebenarnya bukan pekerjaan yang mudah, memimpin juga bukan pekerjaan yang menyenangkan.
Ada sebuah ungkapan yang kira-kira bisa menggambarkannya, “Jikalau engkau ingin menyenangkan semua orang maka jangan jadi pemimpin, jadilah penjual es krim.” Meski ungkapan ini juga perlu kita kritisi, sebab mungkin tak semua orang menyukai es krim.
Memimpin membutuhkan mental yang benar-benar siap, mental yang siap untuk memimpin. Memimpin membutuhkan tak hanya jiwa yang besar, juga diperlukan kapasitas yang besar, kompetensi yang besar, serta modal sosial yang besar. Sebab kita tengah hidup di era informasi, era yang mengharuskan kita untuk berkolaborasi.
Tak mesti pemimpin itu cakap dalam semua hal, tetapi yang paling diperlukan dan dirindukan oleh orang-orang adalah kemampuan komunikasi dan mengeksekusi ide-ide kreatif dan kolaboratif.
Agar bisa menghasilkan kue bolu yang enak, maka dibutuhkan bahan-bahan yang cukup. Apa jadinya kue bolu tanpa gula dan susu, tentu rasanya tak akan manis seperti biasanya. Apa jadinya bolu tanpa baking powder, tentu kue bolu tak akan mengembang. Kolaborasi semacam inilah yang harus dihadirkan oleh seorang pemimpin, siapa pun dia, apa pun latar belakangnya. Sebab, sejatinya kita semua terlahir sebagai pemimpin, minimal memimpin diri masing-masing.
Pemuda adalah harapan perubahan sebuah bangsa, karena pemuda kelak akan menjadi pemimpin. Namun, sudah siapkah pemuda memegang tampuk kepemimpinan tanpa belajar? Bisakah pemuda diberi amanah menjadi pemimpin sementara ia masih harus banyak belajar tentang pengalaman kepemimpinan atau teori-teori kepemimpinan? Pemuda harus memikirkan hal-hal terkait persiapan kepemimpinan tersebut. Perihal kepemimpinan para pemuda harus serius mempersiapkan diri dan ilmunya.
(R/MGIN)
